Berikut lika liku upaya penyelamatan buaya berkalung ban di Kota Palu.
1. Viral sejak awal tahun 2019
Penampakan buaya dengan leher terjerat ban bekas pertama kali terlihat tahun 2016.
Buaya berkalung ban muncul lagi di sekitar Jembatan Palu 1 di Jalan Gajah Mada, Kota Palu pada awal 2019 dan menjadi viral.
Kemunculan buaya di Sungai Palu menarik perhatian siapa pun yang lewat.
"Baru ini lagi itu buaya muncul, padah sudah lama tidak muncul," ungkap Harsono, pengendara yang ikut melihat buaya tersebut, Rabu (20/3/2019)
Warga yang melihat kemunculan buaya itu, ramai-ramai mengabadikan dengan telepon seluler.
Mereka tidak hanya berdiri di besi pembatas jembatan, tetapi juga melihat lebih dekat dari pinggir sungai.
Meski begitu, kemunculan buaya itu tidak berlangsung lama, bahkan tidak sampai 15 menit.
Warga yang melihat pun langsung bubar.
"Tidak lama, mungkin takut dia, karena sudah makin banyak orang," tambah Yuni, warga lainnya.
Buaya dengan ban melingkar di lehernya itu memang sudah sejak lama kerap muncul di Sungai Palu.
"Ukuran kaya besar pohon kelapa sudah," jelasnya.
2.Panji Petualang Pernah Lakukan Usaha Penyelamatan
Pada tahun 2018, upaya penyelamatan buaya juga dilakukan oleh Panji si Petualang, seorang bintang di salah satu program televisi nasional.
Saat itu, Panji dan timnya menyusuri Sungai Palu bersama sejumlah personel Polisi Air dan Udara (Polairud), Minggu (21/1/2108).
Namun, sayangnya usaha tersebut juga belum membuahkan hasil. Buaya yang tadinya berjemur di onggokan pasir di tengah Sungai Palu tiba-tiba masuk ke sungai.
“Proses pencarian pada malam hari itu tidak menguntungkan posisi kita. Perhitungan kita untuk menangkap buaya ini bukan malam hari. Karena pada malam hari waktunya dia untuk cari makan. Nah, kenapa dia berjemur, karena buaya itu termasuk hewan berdarah dingin. Dia butuh panas untuk mencerna nutrisi dalam tubuhnya supaya jadi protein buat tenaga untuk buaya ini bergerak mencari mangsa di malam hari,” beber Panji, Minggu (21/1/2018)
3.BKSDA Sulteng Gelar Sayembara
Balai Konservasi Sumber Daya Alam ( BKSDA) Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng) menggelar sayembara untuk menangkap dan membebaskan seekor buaya terjerat ban bekas di lehernya.
Menurut Kepala BKSDA Sulawesi Tengah, Hasmuni Hasmar, pihaknya kekurangan personel untuk menyisir Sungai Palu hingga Teluk Palu.
Hasmar juga menjelaskan, beberapa pihak sebenarnya sudah berinisiatif melakukan penyisiran, namun hingga saat ini belum berhasil.
"Kami juga beberapa waktu lalu bekerja sama dengan NGO asal Australia namun upaya mereka menyelamatkan buaya itu gagal," katanya saat di Palu, Selasa (28/1/2020).
Diberitakan Kompas.com, pihaknya berjanji juga akan memberi imbalan bagi masyarakat yang menangkap dan menyelamatkan buaya tersebut dari jeratan ban.
"Jika ada masyarakat berhasil melepas ban bekas di leher buaya itu, kami akan berikan imbalan," kata Hasmar tanpa menyebut bentuk dan nilai imbalan yang akan diberikan.
Hasmar tidak menjelaskan detail nilai dan bentuk imbalan tersebut. Dirinya juga berharap buaya tersebut segera ditemukan.
4. Jadi perhatian media internasional
Kondisi buaya liar berkalung ban yang kerap menampakkan diri di aliran sungai Palu semakin memprihatinkan.
Sejak kemunculannya pada 2016 silam, ban yang melilit dilehernya belum terlepas dan tubuh buaya berspesies siam ini makin membesar.
Alhasil, ban tersebut lambat laun akan mencekik lehernya dan tentu hal ini membuat angka kepunahan buaya siam semakin besar.
Kondisi memprihatinkan buaya ini membuat mata dunia ikut menyoroti sayembara yang dibuat BKSDA Sulawesi Tengah tersebut.
Pasalnya, sayembara ini diberitakan beberapa media internasional kenamaan untuk ikut menyebarluaskan kabar ini.
Misalnya, laman telegraph.co.uk yang memberitakan hal ini dengan judul "Indonesia tawarkan hadiah uang tunai untuk melepaskan ban karet dari leher buaya".
Selain soal sayembara, The Telegraph juga menyoroti nasib buaya siam yang terancam punah itu.
The Telegraph menceritakan detail asal usul buaya tersebut terjebak dalam sebuah ban dan berbagai upaya yang dilakukan lembaga konservasi Indonesia untuk menyelamatkan buaya itu.
Media lain menyebutkan, buaya air asin sepanjang 13 kaki atau empat meter itu akan mati lemas jika tidak segera diselamatkan.
Laman standard.co.uk memberikan judul 'Pemerintah Indonesia menawarkan hadiah untuk menyelamatkan buaya dengan ban melilit di lehernya selama lebih dari tiga tahun' pada artikelnya yang dimuat Sabtu (1/2/2020).
Media ternama di Inggris, Daily Mail juga menyoroti sayembara penyelamatan ini.
Dengan menyertakan beberapa foto reptil malang tersebut, Daily Mail membuat judul 'Hadiah ditawarkan bagi siapapun yang cukup berani (atau bodoh) untuk melepaskan ban sepeda motor yang melilit di leher buaya sepanjang 13 kaki'.
Meski membuat judul sedemikian rupa, di dalam artikel tersebut menyebut tidak ingin sekadar memberi iming-iming kepada orang yang nekat.
Tetapi, orang yang berniat mengikuti sayembara itu harus mempunyai kemampuan menaklukkan buaya.
"Hasmar menekankan bahwa dia tidak ingin mendukung orang amatir untuk mengambil risiko sendiri dan hanya ingin [meminta] orang-orang dengan latar belakang penyelamatan satwa liar," tulis Daily Mail.
5. Penyelamatan belum membuahkan hasil
Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Tengah menurunkan tim penyelamatan buaya berkalung ban di Sungai Palu, Kamis (6/2/2020).
BKSDA menurunkan dua personel yang bertugas menangkap buaya berkalung ban, yang dibantu sejumlah personel dari Ditpolairud Polda Sulteng.
Mereka menggunakan satu unit perahu karet untuk mengikuti arah pergerakan buaya berkalung ban.
Aksi penyelamatan ini dimaksudkan untuk melepas ban yang sudah bertahun-tahun tersangkut di leher buaya malang tersebut.
Kedua personel BKSDA Sulawesi Tengah dalam misi ini dibekali dengan alat khusus yang disebut 'harpun.'
Alat bernama harpun dihubungkan dengan tali dan dipasang di ujung tombak.
Teknisnya, tombak itu nantinya akan diarahkan pada badan buaya, serta harpun tertancap buaya petugas kemudian akan menarik buaya sampai bisa ditaklukkan.
Namun, proses penyelamatan buaya berkalung ban itu belum membuahkan hasil.
Kedua petugas yang ditugaskan untuk menangkap buaya beberapa kali melihat kemunculan buaya berkalung ban, tetapi masih mengalami kendala untuk melemparkan tombak.
Ketua Satgas Penanganan Konflik Buaya BKSDA Haruna mengatakan, pihaknya sudah turun sejak pukul 05.00 WITA untuk proses pemantauan.
Proses pencarian dengan perahu karet dimulai pukul 10.00 WITA dan istirahat pada pukul 17.30 WITA.
Namun, rencananya tim akan kembali mencoba melakukan penyelamatan pada Kamis (6/2/2020) malam.
"Kendala kita ombak sangat besar saat di muara," kata Haruna.
Menjelang Kamis sore, buaya berkalung ban itu bergeser sekitar satu kilometer ke arah selatan, tepatnya di sekitar Jembatan Palu I.
Di sana, tim kembali berusaha melakukan penyelamatan, tetapi sayangnya tak juga membuahkan hasil.
"Buaya timbul tenggelam, dan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain," tambah Haruna.
Haruna menegaskan bahwa pihaknya akan terus melakukan penyelamatan sampai ban yang ada di leher buaya bisa dilepas.
"Setelah ditangkap, buayanya akan dilepasliarkan kembali," terangnya. (SUMBER)
0 komentar
Post a Comment