Tuesday, 11 August 2020

Kisah Nyata: Dahsyatnya Surat Al Fatihah, Dari Rumah Kontrakan Menuju Rumah Villa

 

Dahsyatnya Surat Al Fatihah, Dari Rumah Kontrakan Menuju Rumah Villa


Kisah nyata ini dialami oleh Pak Ghonim yang di-PHK dari pekerjannya. Pak Ghonim bersama keluarganya disuruh segara angkat kaki dari rumah kontrakan. Tentu saja ini merupakan kenyataan yang sangat pahit yang pernah ia alami.

Tak ada lagi proses diplomasi, negoisasi, atau musyawarah. Semua buntu. Dan, jalan satu-satunya adalah segera angkat koper dari kontrakan.

Sebab, Pak Siregar (pemilik kontrakan) harus segera menyerahkan rumah yang ditempati Pak Ghonim itu kepada pihak bank sebagai konsekuensi dari ketidakmampuannya membayar utang.

Kabarnya, proses penyitaan rumah akan dilakukan esok harinya sekitar pukul 09.00 pagi.

Pak Ghonim tak bisa berbuat apa-apa dengan kenyataan yang tengah dihadapinya. Apalagi, Pak Siregar juga tengah dililit kesusahan.

Dengan penuh kesedihan, Pak Ghonim dan istrinya, juga tiga buah hatinya yang masih kecil ( anak pertama duduk di kelas 3 SD, anak kedua masih kelas 1 SD, dan ketiga masih balita), segera membereskan rumah dan mengepak barang-barang yang bisa dibawa.

Jika keesokan harinya belum ditemukan jalan keluar, Pak Ghonim sudah merencanakan barang-barang tersebut akan dititipkan pada tetangga untuk beberapa hari, sebelum diangkut ke rumah orang tua istrinya di luar kota.

Ia sendiri menginap di masjid dekat rumah, kebetulan ia sering ke masjid dan sudah kenal baik dengan ketua DKM di sana.

Malam harinya, Pak Ghonim tidak jadi berangkat ke masjid karena melihat sang istri tidak henti-hentinya menangis.

Sangat wajar karena kejadian itu di luar dugaan.

Melihat istrinya yang sangat sedih, Pak Ghonim mengajaknya salat berjemaah Isya di tengah rumah kontrakan.

Bagi Pak Ghonim dan istrinya, salat kali ini terasa begitu khusyuk.

Pak Ghonim berdoa. sementara istrinya dan anak-anaknya mengamini.

Singkat cerita, akhirnya mereka tertidur saat malam telah berlalu.

Saat terbangun pada subuh hari, sekitar jam 04.00, dilihatnya si ulung yang bernama Rafi sedang salat.

Tak pernah keduanya melihat Rafi salat Tahajjud.

Mereka kaget sekaligus kagum. Saat Rafi berdoa, Pak Ghonim dan istrinya mendengar anak yang baru kelas 3 SD itu mengulang-ngulang bacaan surat al-Fatihah.

Mungin ratusan kali atau bahkan lebih, sambil mengadahkan tangan ke atas. Rafi tidak membaca doa apa pun selain al-Fatihah.

Selesai salat, Rafi berkata pada ibunya, "Bu, Rafi pernah dengar dari Pak Ustadz kalau Allah senang mendengar surat al-Fatihah. Rafi baru ingat tadi malam. Ya udah, Rafi minta sama Allah dengan al-Fatihah itu supaya tidak jadi pergi dari sini."

Mendengar penuturan Rafi yang masih kecil itu, ibunya hanya mengiyakan dengan mata berkaca-kaca. "Iya, semoga saja nak," jawab sang ibu.

Tak disangka, selepas salat Subuh, ponsel jadul milik Pak Ghonim berdering.

Ternyata, Pak Mughni, mantan bosnya di kantor menelepon.

Mereka berbincang agak lama. Perbincangan itu seperti mengabarkan kebahagiaan.

Itu terlihat dari perubahan air muka Pak Ghonim, yang tadinya kuyu menjadi cerah kembali. Penuh cahaya kebahagiaan.

Setelah lama bincang-bincang dengan Pak Mughni, Pak Ghonim segera menghampiri istri dan anak-anaknya. Ia pun merangkul Rafi dengan mata berkaca-kaca.

0 komentar

Post a Comment